EKONOMI UMMAT


SEJARAH MATA UANG MANUSIA™ (bagian pertama)

01/06/2008 15:25

SEJARAH MATA UANG MANUSIA™ (bagian pertama)

Oleh Abdul Hakim

Mata uang yang beredar sekarang di seluruh dunia ternyata merupakan rangkaian perubaha-perubahan dari waktu ke waktu berdasarkan pada tingkat kebutuhan dan perubahan zaman.

Pada awalnya manusia belum mengenal uang untuk melakukan transaksi, mereka menggunakan barang yang mereka miliki untuk digunakan sebagai alat tukar untuk memiliki barang yang mereka inginkan. System ini yang kemudian kita kenal dengan nama system barter. Barter adalah pertukaran barang dengan barang, jasa dengan barang, atau barang dengan jasa secara langsung tanpa menggunakan uang sebagai perantara. Seiring dengan perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan manusia yang berbeda-beda, menimbulkan kekurangan-kekurangan pada system barter, diantaranya: pertama: kesusahan untuk mencari keinginan yamg sesuai antara orang-orang yang melakukan transaksi, atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual (saling menguntungkan). Kedua: kesulitan untuk mengukur standar harga seluruh barang dan jasa.

Karena kelemahan-kelemahan dalam system barter ini manusia kemudian menggunakan barang komoditas sebagai uang, maka terpecahkanlah salah satu masalah dari system barter, dimana standar harga barang dan jasa dapat ditentukan. Misalkan untuk harga satu tombak berburu setara dengan 10 ekor kambing di Afrika.

Kelebihan lain dari uang komoditas ini adalah dapat disimpan untuk waktu yang lama, karena itu orang tidak menggunakan sayur-sayuran sebagai uang komoditas karena cepat rusak dan tidak bisa disimpan untuk waktu yang lama. Biasanya barang komoditi yang digunakan sebagai uang adalah hewan, kulit kambing, gandum dan lain-lain.

Seiring dengan penemuan uang komoditas, penggunaanya juga memilki kekurangan yang membuat kesulitan untuk menggunakannya.

Diantara kekurangan-kekurangan uang komoditas adalah tidak dapat dibagi-bagikan, kemudian digunakan lagi sebagai uang, ini berarti mengurangi nilai uang komoditas tersebut. Kekurangan lainnya adalah kesulitan dalam penyimpanan dan mmembawanya. Bisa kita bayangkan bagaimana pada waktu penggunaan uang komoditas, untuk membeli satu buah tombak manusia harus membawa 10 ekor kambing, dan bagaimana sulitnya seorang pedagang untuk menyimpan 10 ekor kambing dari pembeli. Pedagang tombak harus membuat kandang untuk menyimpan kambing-kambing yang ia miliki.

Karena itulah orang-orang mulai berfikir untuk membuat uang dari jenis lain untuk memecahkan masalah kekurangan dari uang komoditas. Mereka kemudian melihat barang tambang untuk dijadikan uang.

Kita sudah mengenal berbagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia ketika mengunakan uang komoditas, yang akhirnya menemukan barang tambang ( logam ) sebagai mata uang.

Pada hakikatnya barang tambang sudah diterima orang-orang sebagai perhiasan, bahan baku pembuatan kapak, dan peralatan pertanian sebelum digunakan sebagai uang. Ketika mereka menggunakan barang tambang sebagai alat tukar dan unit harga, pertama-tama meeka menggunakan perunggu, kemudian besi, tembaga dan terakhir dua logam mulia, emas dan perak. Tembaga dan perunggu tidak digunakan untuk transaksi besar.

Manusia pada awal-awal penggunaan uang logam, mereka guanaka atas dasar timbangan, dan hal ini menyulitkan karena pada setiap transaksi mau tidak mau mereka harus menimbang logam dan memastikan ukurannya. Menghadapi kesulitan ini, Negara melakukan intervensi dengan mengambil kebijakan mencetak uang untuk menutupi kesulitan dalam setiap transaksi. Manusiapun berpindah dari fase penggunaan uang dengan timbangan ke fase penggunaan dalam bentuk cetakan dengan kemudahan dalam memastikan hitungan jumlah dari timbangan.

Diantara kelebihan-kelebihan penggunaan uang logam adalah; uang logam bersifat dapat dileburkan, bisa diberi ukiran, tidak mudah rusak, enak dipandang, emas adalah logam yang relatife jarang dan ini mendorong peningkatan kekuatan nilai tukarnya.

Ketika kita membicarakan uang logam tentunya tidak lepas dari mata uang yang terbuat dari perunggu, tembaga, dan nikel, yang disebut juga mata uang bantu. Mata uang bantu merupakan jenis uang yang digunakan untuk transaksi-transaksi dengan skala kecil. Dahulu mata uang bantu dikenal dengan nama fulus, dan oleh masyarakat umum disebut al-parath, seperti lira suriah.

™ diambil dari buku Mata Uang Islami Dr. Ahmad Hasan

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Agama Islam UHAMKA

—————

Back